Selasa, 03 Agustus 2010

Nama Film, Tahun Rilis: Vantage Point, 22 Februari 2008
Pemeran: Dennis Quaid (Banners), Mathew Fox (Kent), Forest Whitaker (Howard Lewis)
Sutradara: Pete Travis
Produksi: Sony Pictures
Produser: Tania Landau & Ricardo Del Rio
Penulis: Barry Levy
Reviewer's Rating: ¶¶¶¶
Genre: Action

Setelah sukses dengan serial TV-nya, Pete Travis kembali dengan sebuah film layar lebar yang sangat menonjol teknik camera movement-nya. Film ini menyajikan sebuah detail tragedi pengeboman dan usaha penculikan Presiden Amerika dari berbagai sudut pandang tokoh-tokohnya. Bagaimana detail tragedi itu dari sudut pandang Barnes (Dennis Quaid), seorang bodyguard yang perbah tertembak peluru dalam misi melindungi presiden dan masih tertekan hingga sekarang, bagaimana menurut pandangan seorang turis negro yang tanpa sadar mengetahui banyak rahasia kebenaran dalam kejahatan tersebut dari balik handycamnya, sampai semua kejadian yang sebenarnya berlangsung.
The Best of The Film is, tidak terekamnya kamera-kamera lain dalam setiap shot yang ditampilkan. Padahal film tersebut merupakan film yang terdiri dari scene-scene yang diambil dalam waktu bersamaan. Yang mana pada waktu bersamaan mereka melakukan tidak hanya satu pengambilan gambar saja, melainkan banyak scene-scene berbeda dari setiap tokoh yang terjadi dalam waktu dan lokasi yang sama. Selain itu juga penanganan waktunya sangat pas dan mendetail walaupun jika diperhitungkan dengan seksama ada menit dimana scene-scene dari tokoh berbeda yang ceritanya terjadi bersamaan terlihat tidak pas.
What’s not really good is, ada shot yang kurang natural yang ceritanya merupakan gambar yang diambil si turis menggunakan handycamnya dari balik tralis jembatan penyeberangan. Seharusnya gambar yang diambil menggunakan handycam itu akan sedikit terhalang oleh tralis, namun di dalam film ini gambar tersebut terlihat jauh lebih jernih seakan-akan tanpa ralis yang mengahalangi gambar. Selain itu juga adegan-adegan utama dalam film ini merupakan adegan yang ramai dimana hampir setiap tokoh tidak mengalami ketenagan, melainkan penuh dengan pengejaran. Dan lagi-lagi gambar yang diambil oleh si turis dengan handycamnya terlihat tidak alami seperti gambar yang memang bagaimana seharusnya, karna gambar-gambar tersebut terlihat sangat steady, seakan-akan diambil dengan menggunakan kamera ber-tripod.

0 komentar:

Posting Komentar