Kompas.com — Selama periode bayi hingga usia sekolah,
usahakan anak mendapat stimulasi bernuansa musikal. Mengapa? Karena irama dan timbre (warna musik) mendorong anak melakukan
gerakan yang akan memengaruhi perkembangan motoriknya secara menyeluruh. Apa
saja manfaat musik lainnya?
Stimulasi ingatan
Jika pernah mendengar musik tertentu di masa lampau, orang akan
mengasosiasikan musik dengan pengalaman masa lampaunya. Artinya, musik
berfungsi sebagai stimulus pembangkit ingatan ke masa lalu. Tak hanya
membangkitkan pengalaman obyektifnya, tapi juga pengalaman subyektifnya
(perasaan ketika mengalami hal tersebut).
Membangkitkan rasa nyaman
Jika kita memperdengarkan musik lembut menjelang anak tidur, ia akan merasa
nyaman di peraduan. Biasanya musik-musik tersebut berada pada tempo adagio,
andante, moderato, yang tidak jauh dari ritme nadi atau detak jantung dalam
hitungan 1 ketuk per detik, sedikit lebih cepat, sedikit lebih lambat. Bukan
menggunakan tempo lento yang amat lambat atau presto yang amat cepat.
Efek hipnotik
Irama musik memberi dampak membuai. Ini disebut hypnotic effect (kesan
hipnotik). Buktinya, ketika mendengar musik seseorang cenderung mengentak
tangan atau kaki atau mengikuti senandung musiknya.
Menghibur
Musik bertujuan menghibur (dari kata muse). Musik menghibur di kala suka dan
duka. Musik juga menghibur anak-anak. Jadi, hanya dengan mendengarkan musik
yang disukai, seseorang sudah merasa terhibur.
Jika individu berada dalam atmosfer yang disukai, atmosfer yang
menyenangkan, maka ia akan merasa lebih nyaman, dan rasa nyaman akan memberi
dampak positif pada individu dalam melakukan kegiatannya. Kondisi ini membuat
anak mudah menyerap, mengolah, dan menyimpan ilmu maupun stimulus. (Nakita/Hilman)
Pada tahun 1998, Don Campbell, seorang musisi sekaligus
pendidik, bersama Dr. Alfred Tomatis yang psikolog, mengadakan penelitian untuk
melihat efek positif dari beberapa jenis musik. Hasilnya dituangkan dalam buku
mereka yang di Indonesia diterbitkan dengan judul Efek Mozart, Memanfaatkan
Kekuatan Musik Untuk Mempertajam Pikiran, Meningkatkan Kreativitas dan
Mnyehatkan Tubuh.Banyak fakta menarik yang diungkap Campbell dan Tomatis.
Diantaranya, adanya hubungan yang menarik antara musik dan kecerdasan manusia.
Musik (klasik) terbukti dapat meningkatkan fungsi otak dan intelektual manusia
secara optimal. Campbell kemudian mengambil contohkarya Mozart, Sonata in D
major K 488 yang diyakininya mempunyai efek stimulasi yang paling baik bagi
bayi.
Sedangkan menurut Dra. Louise, M.M.Psi., psikologi sekaligus terapis musik dari
Present Education Program RSAB Harapan Kita, Jakarta, sesungguhnya bukan hanya
musik Mozart yang dapat digunakan. Semua musik berirama tenang dan mengalun
lembut memberi efek yang baik bagi janin, bayi dan anak-anak.
Lebih sering disebut efek Mozart sebab musik-musik gubahan Mozart-lah yang
pertama kali di teliti.
Dikutip dari “INTISARI : Kumpulan Artikel Psikologi Anak 3” di mtvasiablog.com
Penelitian lain juga pernah dilakukan:
Frances Rauscher dan koleganya dari Universitas Wisconsin, AS melakukan
penelitian hubungan antara kecerdasan dan musik. Para peneliti dari perguruan
tinggi tersebut membagi dua kelompok tikus hamil. Kepada kelompok pertama
diperdengarkan sejumlah sonata-sonata yang indah dari Mozart. Lalu, bayi-bayi
tikus yang baru lahir masih tetap disuguhi musik yang sama sampai mereka
berusia 2 bulan. Kelompok induk lainnya diperdengarkan musik minimalis Glass
dan hal itu dilanjutkan sampai bayi-bayi tikus berusia 2 bulan. Rauscher dan
kawan-kawannya kemudian menguji apakah “vitamin musik” yang diberikan sebagai
makanan suplemen untuk dua kelompok tikus itu memberi dampak pada kecerdasan.
Mereka menguji tikus-tikus bayi itu untuk berlomba di jaringan jalan yang
ruwet, jalan yang simpang siur, untuk mendapatkan hadiah makanan. Hasil uji
coba sangat mengesankan. Bayi-bayi tikus yang mendapatkan “vitamin musik
klasik” dari sonata-sonata Mozart bekerja dengan sempurna dan sedikit sekali
melakukan kesalahan dan mereka membutuhkan waktu yang tidak terlalu lama untuk
makanan sebagai hadiahnya. Sedangkan kelompok tikus yang mendapat vitamin musik
minimalis dari Glass tampak tidak secerdas kelompok “klasik”. Demikian laporan
para peneliti dalam jurnal ilmiah Neurological Research seperti yang dikutip
oleh Reuters (5/8/98).
Penelitian tersebut mengisyaratkan musik yang kompleks (musik klasik) telah
meningkatkan daya belajar tikus terhadap ruang dan waktu (spatial-temporal).
Dan hal ini juga berlaku untuk manusia. Para peneliti sampai pada kesimpulan,
kemampuan spatial dapat ditemukan pada orang yang telah mendapat pelajaran
matematika, musik dan ilmu pengetahuan. Penelitian diatas menguatkan hasil
penelitian selama ini mengenai pengaruh musik klasik pada peningkatan
kecerdasan. UNESCO Music Council malah telah menegaskan, pertama, musik klasik
adalah alat pendidikan. Kedua, musik adalah alat untuk mempertajam rasa
inteletual manusia (intellect Einfullung). Musik yang demikian biasanya
mempunyai keseimbangan antara empat unsur musik, yakni melodi, harmoni, irama
(rhythm) dan warna suara (timbre). Musik yang memenuhi persyaratan ini adalah
musik klasik, semi klasik, musik rakyat juga musik tradisional seperti karawitan.
7 November 2012
0 komentar:
Posting Komentar