Rabu, 22 September 2010


HOT FUZZ
Big Cops, Small Town, Moderate Violence
Director:
Edgar Wright
Produced by:
Nira Park
Written by:
Simon Pegg & Edgar Wright
Genre:
Action, Comedy, Mystery
Runtime:
2 hours 1 minute
Editor:
Chris Dickens
Distributed by:
Universal Pictures

Polisi London hebat. Terlalu hebat. Nicholas Angel (Simon Pegg) membuat rekan-rekan polisinya terlihat payah sehingga mereka memutuskan untuk menugaskan Angel ke kota kecil yang damai bernama Sandford. Disana ia berpasangan dengan Danny Butterman (Nick Frost), anak seorang kepala inspektur Sandford Frank Butterman (Jim Broadbent) yang senang menanyainya tentang kehidupan penuh aksi Angel saat di London. Semua terasa damai bagi Angel, sampai 2 orang actor ditemukan terbunuh secara tragis. Rekan polisi lainnya menyebutnya kecelakaan, tetapi Angel tidak bisa menerimanya. Tidak dimana banyak dan banyak lagi korban-yang menurutnya-pembunuhan berjatuhan. Angel dan Danny berada dalam situasi sulit saat tak ada yang memercayai teori pembunuhan tersebut, sampai akhirnya ia memulai investigasi dan mencoba mengungkap kebenaran dibalik misteri “kecelakaan” berantai tersebut..
Hot Fuzz merupakan serial kedua dari trilogy Blood and Ice Cream, yang mana serial pertamanya adalah Shaun Of The Dead, dan The World’s End sebagai serial terakhirnya. Bila di serial pertamanya beraliran horror-comedy (comedy-zombie), maka di serial kedua ini mereka memberikan action-comedy. Mungkin akan sulit membayangkan film action yang dibumbui komedi, dimana kebanyakan film action hanya dibumbui komedi di bagian dialog antar tokoh saja, tapi Simon Pegg dan kawan-kawan berhasil mewujudkan adegan action plus adegan komedi yang menyegarkan suasana tegang namun tidak melenceng dari setting film yang serius.
Secara teknis, film ini mengesankan dengan banyaknya shot-shot detail (amat detail) yang memperjelas setiap adegan. Dan disini banyak shot yang diambil dengan gerakan cepat (entah berputar ataupun hanya bergeser), namun hasil gambarnya mulus dan tidak membuat pusing. Walaupun ada juga shot yang tidak kontras yang maksudnya menggambarkan Angel yang melihat papan nama desa Sandford di sebelah kiri mobil (saat Angel baru menuju Sandford dengan taksi), tapi ternyata Angel digambarkan menengok kearah kanan mobil saat terkejut melihat papan tersebut.
Well, dari segi cerita,setiap adegan di film ini unpredictable dan membuat penonton tidak ingin melewatkan setiap adegannya. Klimaksnya adalah saat Angel berhasil mengungkap kebenaran dibalik semua “kecelakaan” berantai tersebut sampai terjadi tembak menembak yang..tetap mengandung unsur komedi. So, bagaimanakah akhirnya? Apakah Happy Ending? Tidak juga, ada sesuatu yang mengejutkan di endingnya. Intinya, film ini mengingatkan kita bahwa tidak semua yang ‘terlihat baik’ akan baik pula di dalamnya, terkadang ada tindak kejahatan yang berkedok kebaikan. Ini memperingatkan kita untuk berhati-hati dalam mempercayai seseorang 

0 komentar:

Posting Komentar